Taksonomi
Pohon Kapur di Kalimantan disebut juga sebagai Ampadu, Amplang, Kapur, Kayatan, Keladan, Melampit, Mengkayat, Mohoi, Muri, dan Sintok. Di Sumatera selain disebut Kapur atau Barus tanaman ini dinamai Haburuan atau Kaberun.
Dalam bahasa Inggris tumbuhan ini disebut sebagai Borneo Camphor, Camphor Tree, Malay camphor atau Indonesian Kapur. Sedangkan dalam bahasa latin (ilmiah) nama resminya adalah Dryobalanops aromatica yang bersinonim dengan Dryobalanops sumatrensis.
Pohon Kapur atau Dryobalanops aromatica merupakan salah satu tanaman penghasil kapur barus atau kamper selain tumbuhan Cinnamomum camphora.
Sumber: alamendah.org
Deskripsi
Daun Kapur tunggal dan berseling, memiliki stipula di sisi ketiak, dengan permukaan daun memngkilap, dan tulang daun sekunder menyirip sangat rapat dengan stipula berbentuk garis dan sangat mudah luruh. Bunga berukuran sedang, kelopak mempunyai ukuran sama besar, mempunyai mahkota bunga elips, mekar, putih berlilin, dan memiliki 30 benang sari. Pohon Kapur memiliki buah agak besar, mengkilap, dan bersayap sebanyak 5 helai.
Sumber: alamendah.org
Daun pohon kamper berwarna hijau mengkilap, dan mengeluarkan bau kapur barus ketika dihancurkan.
Bunga-bunga kamper hanya muncul di musim semi, ia berbentuk kecil dan berwarna putih.
Buahnya kecil dan muncul di ujung ranting, berwarna hijau saat muda dan ungu kehitaman saat matang.
Pohon kamper dapat tumbuh setinggi 20-30 meter di alam liar. Kulit batang pohonnya berwarna abu-abu kecoklatan dan sangat kasar atau pecah-pecah.
Sumber: ciriciripohon.org
Penyebaran
Tanaman Kapur (Dryobalanops aromatica) tumbuh di hutan dipterocarp campuran hingga ketinggian 300 meter dpl. Persebaran tumbuhan langka ini mulai dari Indonesia (pulau Sumatera dan Kalimantan) dan Malaysia (Semenanjung Malaysia, Sabah, dan Serawak).
Sumber: alamendah.org