Sosial Media

Call Center : (0652) 21019
dlhk3@bandaacehkota.go.id

Pohon Bambu Hias

Gambar Bambu Hias Pohon Bambu Hias

Taksonomi

Bambu ampel atau bambu aur (Bambusa vulgaris) adalah sejenis bambu yang paling banyak ditanam orang karena kegunaannya, baik di Indonesia maupun di bagian lain dunia, di wilayah tropis dan ugahari. Meskipun tidak seberapa tahan akan serangan kumbang bubuk, bambu ampel menyediakan banyak kegunaan yang lain selain bahan bangunan, termasuk pula sebagai bahan baku kertas dan sayuran dari rebungnya.

Varietas yang berwarna kuning bergaris hijau (Bambusa vulgaris var. striata) dikenal sebagai bambu kuning atau bambu gading dan dimanfaatkan sebagai tanaman hias, tanda batas pekarangan, serta bahan obat tradisional. Beberapa nama daerahnya, di antaranya, awi ampel, awi haur, awi haur geulis, awi haur koneng (Sunda); pring ampel, pring ampel kuning, pring gadhing, jajang ampel, jajang gadhing (Jawa); p?rréng ampél, p?rréng ghadhing (Madura.); tiying ampel, tiying hampyal, tiying puling (Bali); t?réng dèndèng (Sasak), dan lain-lain.Dalam bahasa Inggris ia disebut common bamboo atau clumping bamboo.

Sumber: wikipedia.org

 

Deskripsi

 

Bambu yang merumpun, dan tidak terlalu rapat; rimpangnya bercabang simpodial. Rebung berwarna kuning atau hijau, tertutup oleh bulu-bulu miang cokelat hingga hitam. Buluhnya tegak, mencapai tinggi 10-20 m, lurus atau agak berbiku-biku, ujungnya melengkung; mulai bercabang lk. 1,5 m di atas tanah, kadang-kadang juga lebih ke bawah, 2-5 cabang pada satu buku, salah satunya lebih besar daripada cabang-cabang yang lain. Panjang ruas 20-45 cm dan garis tengahnya 4–10 cm, tebal dinding buluh lk. 7-15 mm; hijau mengilap, kuning atau kuning dengan garis-garis hijau, dengan bulu-bulu miang yang rebah melekat dan berwarna gelap, serta dengan lapisan lilin keputihan ketika muda; buku-bukunya miring, sedikit menonjol, buku yang bawah dengan akar udara.

Pelepah buluh lekas rontok; bentuk segitiga lebar, lk. 15-45 × 20 cm, yang atas lebih panjang, hijau akhirnya kuning jerami; sisi luarnya tertutup oleh miang berwarna hitam, tepinya berambut. Daun pelepah buluh tegak, menyegitiga lebar, 4-5 × 5–6 cm, sedikit menyempit pada dasarnya, meluncip kaku ujungnya, berambut di kedua sisinya dan di sepanjang tepi bawahnya. Kuping pelepah relatif besar, membundar lonjong dan menyerong ke luar, panjang 0,5–2 cm, dengan bulu-bulu kejur cokelat pucat 3–8 mm pada tepinya; ligula (lidah-lidah) agak menggerigi, tinggi 3 mm, lokos.

Daun pada ranting bentuk lanset, 6-30 × 1–4 cm, lokos; kuping pelepah kecil dan membulat, tinggi 0,5-1,5 mm, dengan sedikit bulu kejur sepanjang 1–3 mm; ligula hampir rata, tinggi lk. 0,5-1,5 mm, lokos.

Perbungaan berupa malai biasanya pada ranting atau buluh yang tak berdaun, atau pada buluh berdaun kecil, dengan kelompok-kelompok kecil spikelet pada masing masing bukunya, terpisah sejarak 2–6 cm. Spikelet bentuk bulat telur sempit, 12-19(-35) × 4–5 mm, memipih di sisinya, terdiri dari 5-10 floret yang sempurna dan satu floret ujung.

Sumber: wikipedia.org

 

Penyebaran

Bambu ampel tersebar luas di pelbagai wilayah tropis di dunia: AsiaAfrikaAmerika, dan Pasifik serta Australia. Di Asia, bambu ini juga menyebar hingga ke wilayah ugahari di Tiongkok dan Asia Timur. Asal usul bambu ampel kemungkinan dari wilayah Asia tropis; di Asia Tenggara jenis ini diketahui sebagai jenis yang terbanyak ditanam orang di desa-desa, di tepi sungai, dan juga di perkotaan sebagai tanaman hias.

Menyukai wilayah dataran rendah yang panas dan lembap, bambu ampel dapat tumbuh hingga ketinggian 1.200 m dpl., namun pertumbuhannya mengerdil di atas 1.000 m dpl. Di tempat-tempat yang bermusim kering kuat, bambu ini dapat tumbuh pula meskipun acap meranggas. Di Asia Tenggara, bambu ampel sering didapati meliar di pinggiran sungai, tepi jalan, area yang terbengkalai, dan tempat-tempat terbuka. Di Malaya, bahkan tumbuh baik di tanah-tanah miskin bekas tambang timah.

Sumber: wikipedia.org